Saturday, 31 August 2013

Teman

        Kata ini memang sudah tidak asing lagi untuk kita. Kata ini mengingatkan kita akan seseorang atau beberapa orang yang selalu berada di dekat kita dan kabarnya teman ini selalu ada untuk kita pada ssaat kita sedang suka maupun duka. Setiap orang pasti mempunyai teman yang mereka bilang selalu ada untuk mereka. Entah mengapa, saya terkadang sering merasa kesepian, padahal saya mempunyai banyak teman. Lalu kenapa kesendirian ini selalu mengganggu saya. Salah seorang dosen saya pernah berkata bahwa teman sejati itu tidak pernah ada yang ada hanyalah teman biasa dan hanya teman saja tidak ada tambahan dan pengurangan kata di dalamnya. Teman adalah orang yang paling sering bersama kita di luar rumah, terkadang. Menurut beberapa orang yang saya temui mereka mengatakan bahwa teman lebih dari teman dekat atau pacar. 
 

         Beragam spekulasi beredar mengenai pendapat ini dan tentu saja tentang teman. Ada yang bilang bila kita kehilangan pacar itu hanya segelintir masalah kecil tetapi kalau kita kehilangan teman itu adalah masalah yang besar. Karena tanpa anda sadari teman itu dapat membantu kita dalam hal apapun, termasuk dalam hal pembukaan jalur bisnis agar meluas ke pasaran, namun kadang kita menyepelekan kehilangan seorang teman, tapi apakah anda sadar ketika satu orang teman kita hilang maka teman-teman kita yang lain pun akan ikut hilang dan menjauihi kita tanpa kita sadari penyebabnya maka itu akan menjadi masalah yang amat sangat besar. Saya sendiri tidak pandai dalam berteman, karena beberapa teman saya entah mengapa belakangan ini lebih memilih teman lain dibandingkan saya.

     Saya pun demikian tidak tahu pasti apa penyebabnya, saya bukan bermaksud untuk menjadi oranng yang sombong atau angkuh, tapi saya hanya menyadari satu hal bahwa beberapa teman saya yang menjauhi saya itu mungkin dikarenakan mereka tidak cocok dengan saya dan memilih orang lain dibanding saya itu spekulasi saya entah itu benar atau salah saya tidak tahu. Tapi mungkin mereka tidak cocok dalam segi pandangan dan juga sikap ataupun hal lainnya. Saya pernah memiliku beberapa orang teman yang sangat saya sayangi sampai-sampai saya merasakan bahwa mereka adalah keluarga saya yang kedua, tapi lama kelamaan selang beberapa bulan kemudian rasa kekeluargaan itu mulai memudar tanpa sebab.

      Sejak saat itu saya mulai berfikir bahwa setiap orang mempunyai plihannya sendiri untuk memilih teman, dan saya pun mulai melakukan hal yang sama. Teman itu adalah orang yang dapat membantu perkembangan kita. Kita bisa baik dan sukses di dunia ini bila kita berteman dengan orang-orang yang memang mendukung kita menuju visi kita dan teman-teman yang memang bermanfaat untuk kita sendiri, namun sebaliknya bila kita berteman dengan orang-orang yang memang buruk dan tidak membawa pengaruh positif terhadap diri kita maka kita akan buruk pula. Seperti halnya pepatah lama mengatakan “Jika kamu berteman dengan pedagang minyak wangi, maka kamu akan ikut wangi, minimal sekalipun yaitu merasakan/mencoba memakai minyak wangi tapi sebaliknya bila kamu berteman dengan pandai besi maka kamu akan ikut terkena barahnya atau minimalnya pun kamu pasti bau besi”

      Jadi mulai dari sekarang, plihlah dan bijaklah dalam memilih teman tapi bukan berdasarkan harta/martabatnya tapi dari segi perlaku dan pendangannya bukan bertindak jahat/memilih-milih tapi untuk kehidupan kita di masa depan.
 
 
 
 
 

Thursday, 22 August 2013

Kebersamaan

    Kebersamaan hanyalah rasa yang indah saat kita bersama-sam dalam rasa yang sama yaitu Kebersamaan. Banyak orang yang menginginan kebersamaan, tentunya kebersamaan yang bahagia. Tapi terkadang kita melupakan kebersamaan ini dengan hal lain yang menurut saya tidak penting. 

 

    Kebersamaan biasanya disangkut pautkan dengan kebahagiaan dan kesenangan. Tetapi ada kalanya ketika kita dalam suatu kebersamaan ada juga diantara yang ada dalam kebersamaan itu tidak merasa bahagia malahan sedih atau bahkan kontra dengan apa yang disebut dengan kebersamaan yang indah. Anda pasti akan bertana kenapa bisa seperti itu dan anda mungkit akan beranggapan kalau hal itu tidak akan terjadi pada saat kebersamaan itu sedang berlangsung, semua orang yang ada di dalam kebersamaan semua orang akan merasa bahagia. Itu tidak salah memang dan juga tidak selalu benar, tapi perlu diingat bahwa tidak semua orang bisa merasakan rasa kebahagiaan itu di dalam kebersamaan yang sedang berlangsung.

       Hanya "beberapa orang" saja mungkin yang akan merasa bahagia. Saya berkata demikian karena saya sendiri pernah mengalami dan saya melihat beberapa orang yang berada di sekeliling saya. Kerbersamaan itu singkat terjadi dan singkat juga dilupakan. Saya terkadang berfikir kenapa itu harus terjadi pada saat orang lain merasa bahagia dalam suatu forum "KEBERSAMAAN" beberapa orang merasa terkucilkan. Tidak hanya orang-orang disekitar saya saja, tapi saya sendiri pernah mengalami hal itu. Anda mungkin akan beranggapan bahwa kalau saya dan orang-orang yang terkucilkan hanya orang-orang yang tidak mau bergabung bersama yang lainnya yang sedang merasa bahagia dan senang. 

         Itu terkadag benar dan terkadang juga salah, kenapa saya bisa bilang begitu karena beberapa orang yang terkucilkan itu mungkin sudah membaur dengan yang lain, tetapi mereka tidak diperhatikan sehingga mereka mengurungkan niat mereka dan akhirnya mereka merasa jera untuk melakukan hal yang serupa. Saya membuat artikel ini bukan tidak suka dengan kebersamaan, tapi saya mengingatkan kepada anda pembaca semua bahwa sesuatu yang di dapat dengan singkat akan dengan singkat juga hilang dari hadapan kita. Terus jaga kebersamaan anda bersama keluarga, teman-teman anda dan rekan-rekan kerja anda. Banyak manfaat yang bisa anda dapat dari itu semua.

 

 

 

 

Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.


Tuesday, 6 August 2013

Pentingkah orang tua meluangkan waktu untuk anaknya??

Pertanyaan inilah yang sering muncul di benak saya, dan mungkin juga di benak anda semua. Seberapa pentingkah orang tua meluangkan sedikit waktunya untuk anaknya?
Ada mungkin yang bilang sangat penting, dan adapula yang bilang mungkin tidak teralu penting asalkan anak itu merasa menikmatinya. Kalau menurut saya waktu dengan sang anak itu sangat amat penting untuk orang tua. Itu berguna untuk menjaga komunikasi antar anak jadi kita tahu dengan siapa dia berteman, sedang sibuk mengerjakan apakah dia, apa saja masalah yang ia hadapi sekarang ini.
Saya juga jadi teringat sebuah cerita yang berhubugan dengan hal ini, yang  dibuat teman saya dan dishare disebuah situs jejaring sosial.

Ceritanya seperti ini :

Pada suatu hari ada seorang ayah yang akan berangkat bekerja disebuah kantor ternama. Ayah ini kegiatannya sangat sibuk sekali, ia jarang sekali bercengkrama dengan anaknya yang umurnya kira-kira 5 tahun. Karena ia berangkat saat sang anak masih tertidur dan pulang ketika sang anak sudah tertidur. Di suatu pagi, sang anak tumben sekali sudah bangun ketika sang ayah akan berangkat bekerja. Lalu sang anak mulai berbincang dengan ayahnya.

Anak : “Yah, aku boleh minta 20 ribu tidak yah?”
Ayah : “Untuk apa uang sebanyak itu, kamu kan tidak akan pergi kemana-mana buat apa uang itu?”
Anak : “Yah, boleh tidak aku meminta uang 20 ribu?”
Ayah: “Untuk apa sih, kamu meminta uang sebanyak itu kepada ayah? Sudah ayah mau berangkat ke kantor dulu” (sedikit agak membentak)

Di pagi itu sang anak gagal untuk meminta uang kepada ayahnya, yang ia dapat hanya bentakan dari ayahnya yang pagi itu buru-buru sekali pergi ke kantor. Hari pun mulai berlalu waktu demi waktu terlewati di sore itu tidak seperti biasanya sang ayah pulang ke rumah sore hari karena biasanya ia pulang malam hari. Di sore hari itu ketika sang ayah pulang, sang anak sudah menunggu kedatangannya di depan pintu. Ia mulai mengajak ayahnya untuk berbicara pada saat ayahnya sedang melepaskan sepatu.

Anak : “Selamat datang ayah”
Ayah : “Iyah” (suara agak lesu)
Anak : “Yah, aku boleh minta sesuatu sama ayah?”
Ayah : “Hmmmhh, apa itu” (suara agak malas)
Anak : “Yah,bolehkah aku meminta uang 20 ribu kepada ayah”
Ayah : “Lagi-lagi kamu minta uang 20 ribu, untuk apa uang sebanyak itu untuk kamu yang masih kecil?” (mulai marah)
Sang anak tidak menjawab pertanyaan ayahnya
Anak : “Ayah bolehkah aku meminta uang 20 ribu kepada ayah?”
Ayah : “Memangnya untuk apa kamu minta uang sebanyak itu, kamu tidak tahu apa bahwa mencari uang tidak mudah, jangan kamu sepelekan hal ini”(sang ayah mulai membentak sang anak)

Sang anak tidak menjawab apa-apa, dia hanya menunduk. Lalu tiba-tiba setelah ayahnya selesai melepas sepatu dia menarik tangan sang ayah dan mengajaknya ke kamarnya. Dibukanya bantal yang ada di tempat tidur, dan di bawah bantal tersebut terdapat uang 10 ribu. Anak itu mengambilnya, dan memperlihatkan kepada ayahnya. Wajah sang ayah semakin terlihat sangat marah.

Anak : “Yah, aku mempunyai uang 10 ribu dan bolehkah aku meminta uang 20 ribu kepada ayah?”
Ayah : “Kamu mau membeli apa? Uang sebanyak itu untuk apa? Kamu itu masih kecil tidak baik mempunyai uang banyak2 apalagi sebanyak itu” (membentak sang anak)

Sang anak tidak menjawab, dan lalu mulai bertanya kepada ayahnya.
Anak : “Ayah, aku hanya mau bertanya kepada ayah. Berapa rupiah kah waktu ayah dalam setiap jamnya?”
Ayah : “Waktu ayah perjam 30 ribu”
Anak : “Ayah, aku memiliki uang 10 ribu dan aku membutuhkan 20 ribu lagi yang aku pinta pada ayah pagi tadi. Jika ayah memberikan uang itu, aku ingin sekali membeli waktu ayah 1 jam saja, untuk bersama deganku yah, aku kangen ayah, aku ingin sekali bermain bersama ayah”

Sang ayah tidak dapat berkata apa-apa, raut wajahnya yang sangat marah kini berubah menjadi wajah penyesalan yang amat mendalam kepada anaknya. Sang ayah lalu memeluk erat hangat anaknya sambil menangis, yang ada di benaknya saat itu adalah kenapa ia terlalu bodoh untuk menyianyikan waktunya untuk bersama anaknya yang “katanya ia sayangi” dan mengorbankan seluruh waktunya untuk mencari uang dan tidak menyisakan satu jam pun untuk bersama anaknya. Di hari itu sang ayah mulai tersadar dan berfikir.

Anak : “Ayah, kenapa ayah menangis? Apakah aku berbuat salah kepada ayah,  sehingga ayah menjadi sedih?” Sekarang yah, bolehkah aku membeli waktu ayah? Aku ingin sekali bermain bersama ayah 1 jam saja yah”
Ayah : (tersenyum kecil, sambil mengusap air mata) “Tidak nak, kamu tidak bersalah. Ayah yang bersalah karena ayah sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk bermain denganmu nak. Maafkan ayah nak. Kamu tidak harus membeli waktu ayah, karena seluruh waktu ayah akan ayah sisihkan untuk bermain bersamamu nak. Nak besok pagi kita akan bermain bersama seharian. Ayah akan menemanimu kemanapun yang kamu mau”
Anak : “Benarkah itu yah? aku sangat senang sekali yah mendengarnya, kalau Ayah itu mau bermain denganku.Terima kasih Yah. Aku sayang sekali sama ayah”
Ayah :”Iyah nak, sama-sama. Ayah juga senang sekali bisa bermain denganmu besok nak. Ayah bangga mempunyai anak yang pintar seperti kamu. Ayah juga sangat sayang kepadamu nak” (mengusap rambut anaknya)

Setelah itu sang Ayah mulai mengajak anaknya bermain bersama di dalam rumah. Selepas itu sang ayah lalu menggendong anaknya menuju kamar tidur sang anak, karena hari mulai gelap dan menidurkannya. Di kala  sang ayah  menidurkan sang anak, anak itu hanya tersenyum dan memeluk erat tangan ayahnya. Dia mengigau dan berkata "Aku sayang ayah". Sang ayah pun lalu menjawab dengan suara agak pelan dan berkata "Ayah juga sayang kamu nak". Itulah cerita singkat yang dapat saya sampaikan dalam bentuk cerita sederhana namun penuh arti.

Dari cerita di atas kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa anak itu masih sangat sekali perhatian dari kita sebagai orang tuanya. Penting sekali orang tua bisa meluangkan waktu untuk anaknya. Jangan kita terbuai dengan uang yang kita cari, dan jangan menghabiskan waktu sebagai orang tua untuk mencari uang. Karena sebenarnya uang itu adalah hanya alat pemuas saja, jangan dijadikan patokan dalam kehidupan. Yang terpenting sekarang adalah keseimbangan antar sesama manusia dan tentu saja dengan anak anda.
Artikel ini hanya segelintir problematika yang dihadapi anak dan orang tua hampir diseluruh dunia. Jadi sangat penting bagi kita orang tua untuk meluangkan waktu untuk anak kita.






Orang tua yang salah ataukah anak yang salah??

    Ada anak yang buruk perilaku dan perangainnya. Lalu sebenarnya siapa yang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat sang anak? Anda semua pasti sering mendengar beberapa celotehan dari orang-orang yang mengatakan itu orang tua yang salah mendidik anak dan adapula yang mengatakan kalau orang tua tidak salah tetapi anak yang salah. Nah sebenarnya siapa yang harus di salahkan atas itu semua? Apakah orang tua? Ataukah anak itu sendiri?

    Dalam konteks ini, sebetulnya tudak ada yang harus disalahkan baik itu orang tua maupun anak. Karena yang mesti disalahkan sebenarnya adalah cara yang digunakan dan diterapkan orang tua dalama mendidik anaknya. Caranya ini mungkin tidak tepat sehingga sang anak bukan semakin patuh pada orang tua tapi malah berbalik membantah orang tua layaknya boomerang.


    Saya disini bukan untuk menggurui, ataupun merasa sok tahu tentang masalah ini. Tapi semua ini didasarkan dari pengalaman saya sebagai anak. Saya tidak akan memihak pihak anak sehingga nantinya saya akan bilang kalau orang tua itu sangat salah dalam mendidik anak, TIDAK. Saya tidak akan memihak pada pihak manapun saya disini hanya berusaha untuk menjadikan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Sehingga hubungan orang tua dan anak menjadi semakin harmonis. Agar tidak terjadi konflik batin apalagi fisik. Ada beberapa hal yang tidak terasa oleh orang tua, dan sebenarnya itu secara tidak langsung mengikis komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak. Beberapa hal itu adalah :



1. Kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua terhadap anak



    Dalam hal ini orang tua terkadang suka sekali mengabaikan hal kecil seperti ini, mereka biasanya sibuk dengan urusan mereka sendiri dan lupa akan perhatian yang diberikan untuk anak mereka. Sebagai contoh, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya di kantor ataupun di rumah. Sedangkan anak mereka kurang mendapat perhatian, mereka mempercayakan anak mereka ke pembantu atau baby sister. Hal ini sebenarnya lamabat laun akan mengurangi rasa kasih sayang anak kepada orang tua, kenapa begitu? Karena sang anak hanya akrab dengan pembatu/baby sister ketimbang dengan orang tua.



    Dia akan cenderung mengadukan apa-apa ke pembantu itu yang sering bersama sang anak. Miris sekali terkadang kalo saya memikirkan hal itu, apalagi posisi saya sekarang sebagai anak. Kurang perhatian dan kepedulian terkadang tidak hanya menimpa orang tua yang sibuk, tetapi juga orang tua yang mempunyai anak yang umurnya sudah 15 tahun keatas yang terkadang orang tua itu sudah melepas anak mereka dan terkadang mengurangi perhatian mereka dan mengalihkannya ke anak mereka yang lebih kecil.



     Itu sebenarnya tidak salah, tapi alangkah indahnya kalau anak yang umurnya 15 tahun keatas itu juga ikut diperhatikan, para orang tua pasti akan berdalih bahwa anak yang seperti itu sudah besar dan tidak perlu lagi perhatian lebih. Itu memang benar, tapi apakah itu adil? Anak yang umurnya 15 tahun keatas memang tidak perlu lagi diperhatikan seperti layaknya umur dibawahnya. Tapi perhatian itu cukup dibuktikan dengan mengajak ngobrol sang anak tersebut, agar ia juga merasa bahwa dia memiliki orang tua yang sangat sayang padanya, orang tua mesti menanyakan pekerjaan apa yang sedang dan digeluti oleh sang anak saat itu agar komunikasi terjaga. Maka dari itu perhatian dan kepedulian orang tua terhadap anak sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter sang anak.



2. Kurangnya waktu bersama anak



    Hal selanjutnya yang akan kita bahas adalah waktu kebersamaan antara seorang anak dan orang tuanya. Seberapa seringkah anda meluangkan waktu anda untuk sekedar bermain ataupun menghabiskan waktu dengan anak anda?

    Banyak orang tua yang sering mengabaikan waktu bersama dengan sang anak, terkadang orang tua hanya membiarkan anaknya itu bermain sendiri di luar atapun di dalam rumah. Dalam hal ini berlaku untuk anak yang masih kecil atapun yang besar. Pertama saya akan bahas dulu untuk anak yang masih kecil.


    Orang tua terkadang sering sekali melepaskan anak yang masih kecil untuk bermain sendiri di luar dengan teman-temannya, nah hal ini sebenarnya kurang tepat karena lingkungan sangat berpengaruh pada psikologis sang anak dan pembentukan karakter sang anak. Saya tidak menganjurkan kepada anda untuk mengikuti anak anda bermain dengan teman-temannya seharian tapi yang saya anjurkan adalah sebaiknya anda membatasi sang anak bermain diluar karena terkadang lingkungan luar juga tidak terlalu baik untuk anak. Saya disini bukan melarang anak anda bermain di luar dan mengekang dia untuk bermain di rumah seharian tanpa tahu dunia luar.



    Jadi anda sebagai orang tua harus pandai-pandai memanage waktu sang anak bermain diluar. Bermain di dalam rumah juga tidak semuanya baik, karena terkadang orang tua membiarkan anaknya bermain dengan mainannya tanpa menemaninya itu tidak salah, tapi ada yang lebih tepat yaitu tentu saja menemaninya bermain agar sang anakpun tidak merasa bosan dan sendirian. Saya jamin bila anda orang tua yang pintar dalam me-manage waktu anda dengan sang buah hati komunikasi yang terjalin akan sangat baik sekali.



    Cukup untuk anak yang lebih kecil, nah untuk anak yang lebih besar atau beranjak dewasa anda tidak perlu terlalu mengekang dia untuk tinggal dirumah seharian ataupun juga terlalu membebaskan dia bermain diluar bersama teman-temannya. Yang perlu anda lakukan adalah coba mengatur waktu anak anda bermain baik itu diluar rumah ataupun di dalam rumah. Pergunakan beberapa waktu yang tersisa/luang untuk sedikit berbincang dengan sang anak tanyakan kepadanya siapa yang sering bermain dengannya, ataupun mungkin masalah dengan orang-orang disekitarnya atau apapun itu. Nah, dengan mengobrol seperti itu lambat laun anak anda akan mulai merasa bahwa dia mempunyai teman yang sangat akrab yaitu anda sebagai orang tua. Jadi adakalanya anda bersikap sebagai orang tua yang tegas, kadangkala anda juga mesti berperan sebagai temannya yang selalu ada setiap dia membutuhkan kita sebagai orang tua.



3. Jangan ceritakan beban keluarga pada anak



    Orang tua kadang suka sekali menceritakan beban kehidupan yang dialami keluarga kepada sang anak, karena mungkin kedekatan dengan sang anak yang sudah terjalin dengan baik. Itu  tidak salah memang tapi adakalanya masalah yang dihadapi keluarga tidak semua kita ceritakan kepada anak kita. Karena hal itu akan menganggu pemikirannya secara tidak langsung karena ia merasa dan ingin sekali membantu anda untuk memecahkan masalah itu. Anak menjadi tidak fokus dan berambisi untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga, ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa itu tidak ada salahnya dan sangat bagus bagi tumbuh kembang sang anak. Tapi saya kira itu kurang tepat, karenga mengapa? Semakin anak itu ambisius dia akan semakin lupa akan jati dirinya  yang lalu. Maka dari itu sebagai orang tua kita harus pandai-pandai merahasiakan sedikit masalah yang ada di keluarga terhadap anak kita. Ada saatnya kita harus menceritakan semua masalah ketika sang anak sudah memulai tingkat kedewasaan yang cukup.



    Itu mungkin sedikit hal yang bisa saya sampaikan, karena saya juga masih sangat butuh belajar mengenai pembelajaran psikologi tentang anak ini. Ilmu ini saya dapat dari pengalaman saya sebagai anak. Bila anda tidak setuju dengan hal yang bahas tidak apa-apa karena berbeda orang tua berbeda pula prinsip dan cara yang digunakan untuk mendidik anak. Mohon maaf bila ada salah-salah kata dalam penulisan artikel ini. Terima kasih telah membaca.

















Sponsored by Bpk Deva Ardiansyah