Tuesday, 6 August 2013

Orang tua yang salah ataukah anak yang salah??

    Ada anak yang buruk perilaku dan perangainnya. Lalu sebenarnya siapa yang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat sang anak? Anda semua pasti sering mendengar beberapa celotehan dari orang-orang yang mengatakan itu orang tua yang salah mendidik anak dan adapula yang mengatakan kalau orang tua tidak salah tetapi anak yang salah. Nah sebenarnya siapa yang harus di salahkan atas itu semua? Apakah orang tua? Ataukah anak itu sendiri?

    Dalam konteks ini, sebetulnya tudak ada yang harus disalahkan baik itu orang tua maupun anak. Karena yang mesti disalahkan sebenarnya adalah cara yang digunakan dan diterapkan orang tua dalama mendidik anaknya. Caranya ini mungkin tidak tepat sehingga sang anak bukan semakin patuh pada orang tua tapi malah berbalik membantah orang tua layaknya boomerang.


    Saya disini bukan untuk menggurui, ataupun merasa sok tahu tentang masalah ini. Tapi semua ini didasarkan dari pengalaman saya sebagai anak. Saya tidak akan memihak pihak anak sehingga nantinya saya akan bilang kalau orang tua itu sangat salah dalam mendidik anak, TIDAK. Saya tidak akan memihak pada pihak manapun saya disini hanya berusaha untuk menjadikan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Sehingga hubungan orang tua dan anak menjadi semakin harmonis. Agar tidak terjadi konflik batin apalagi fisik. Ada beberapa hal yang tidak terasa oleh orang tua, dan sebenarnya itu secara tidak langsung mengikis komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak. Beberapa hal itu adalah :



1. Kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua terhadap anak



    Dalam hal ini orang tua terkadang suka sekali mengabaikan hal kecil seperti ini, mereka biasanya sibuk dengan urusan mereka sendiri dan lupa akan perhatian yang diberikan untuk anak mereka. Sebagai contoh, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya di kantor ataupun di rumah. Sedangkan anak mereka kurang mendapat perhatian, mereka mempercayakan anak mereka ke pembantu atau baby sister. Hal ini sebenarnya lamabat laun akan mengurangi rasa kasih sayang anak kepada orang tua, kenapa begitu? Karena sang anak hanya akrab dengan pembatu/baby sister ketimbang dengan orang tua.



    Dia akan cenderung mengadukan apa-apa ke pembantu itu yang sering bersama sang anak. Miris sekali terkadang kalo saya memikirkan hal itu, apalagi posisi saya sekarang sebagai anak. Kurang perhatian dan kepedulian terkadang tidak hanya menimpa orang tua yang sibuk, tetapi juga orang tua yang mempunyai anak yang umurnya sudah 15 tahun keatas yang terkadang orang tua itu sudah melepas anak mereka dan terkadang mengurangi perhatian mereka dan mengalihkannya ke anak mereka yang lebih kecil.



     Itu sebenarnya tidak salah, tapi alangkah indahnya kalau anak yang umurnya 15 tahun keatas itu juga ikut diperhatikan, para orang tua pasti akan berdalih bahwa anak yang seperti itu sudah besar dan tidak perlu lagi perhatian lebih. Itu memang benar, tapi apakah itu adil? Anak yang umurnya 15 tahun keatas memang tidak perlu lagi diperhatikan seperti layaknya umur dibawahnya. Tapi perhatian itu cukup dibuktikan dengan mengajak ngobrol sang anak tersebut, agar ia juga merasa bahwa dia memiliki orang tua yang sangat sayang padanya, orang tua mesti menanyakan pekerjaan apa yang sedang dan digeluti oleh sang anak saat itu agar komunikasi terjaga. Maka dari itu perhatian dan kepedulian orang tua terhadap anak sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter sang anak.



2. Kurangnya waktu bersama anak



    Hal selanjutnya yang akan kita bahas adalah waktu kebersamaan antara seorang anak dan orang tuanya. Seberapa seringkah anda meluangkan waktu anda untuk sekedar bermain ataupun menghabiskan waktu dengan anak anda?

    Banyak orang tua yang sering mengabaikan waktu bersama dengan sang anak, terkadang orang tua hanya membiarkan anaknya itu bermain sendiri di luar atapun di dalam rumah. Dalam hal ini berlaku untuk anak yang masih kecil atapun yang besar. Pertama saya akan bahas dulu untuk anak yang masih kecil.


    Orang tua terkadang sering sekali melepaskan anak yang masih kecil untuk bermain sendiri di luar dengan teman-temannya, nah hal ini sebenarnya kurang tepat karena lingkungan sangat berpengaruh pada psikologis sang anak dan pembentukan karakter sang anak. Saya tidak menganjurkan kepada anda untuk mengikuti anak anda bermain dengan teman-temannya seharian tapi yang saya anjurkan adalah sebaiknya anda membatasi sang anak bermain diluar karena terkadang lingkungan luar juga tidak terlalu baik untuk anak. Saya disini bukan melarang anak anda bermain di luar dan mengekang dia untuk bermain di rumah seharian tanpa tahu dunia luar.



    Jadi anda sebagai orang tua harus pandai-pandai memanage waktu sang anak bermain diluar. Bermain di dalam rumah juga tidak semuanya baik, karena terkadang orang tua membiarkan anaknya bermain dengan mainannya tanpa menemaninya itu tidak salah, tapi ada yang lebih tepat yaitu tentu saja menemaninya bermain agar sang anakpun tidak merasa bosan dan sendirian. Saya jamin bila anda orang tua yang pintar dalam me-manage waktu anda dengan sang buah hati komunikasi yang terjalin akan sangat baik sekali.



    Cukup untuk anak yang lebih kecil, nah untuk anak yang lebih besar atau beranjak dewasa anda tidak perlu terlalu mengekang dia untuk tinggal dirumah seharian ataupun juga terlalu membebaskan dia bermain diluar bersama teman-temannya. Yang perlu anda lakukan adalah coba mengatur waktu anak anda bermain baik itu diluar rumah ataupun di dalam rumah. Pergunakan beberapa waktu yang tersisa/luang untuk sedikit berbincang dengan sang anak tanyakan kepadanya siapa yang sering bermain dengannya, ataupun mungkin masalah dengan orang-orang disekitarnya atau apapun itu. Nah, dengan mengobrol seperti itu lambat laun anak anda akan mulai merasa bahwa dia mempunyai teman yang sangat akrab yaitu anda sebagai orang tua. Jadi adakalanya anda bersikap sebagai orang tua yang tegas, kadangkala anda juga mesti berperan sebagai temannya yang selalu ada setiap dia membutuhkan kita sebagai orang tua.



3. Jangan ceritakan beban keluarga pada anak



    Orang tua kadang suka sekali menceritakan beban kehidupan yang dialami keluarga kepada sang anak, karena mungkin kedekatan dengan sang anak yang sudah terjalin dengan baik. Itu  tidak salah memang tapi adakalanya masalah yang dihadapi keluarga tidak semua kita ceritakan kepada anak kita. Karena hal itu akan menganggu pemikirannya secara tidak langsung karena ia merasa dan ingin sekali membantu anda untuk memecahkan masalah itu. Anak menjadi tidak fokus dan berambisi untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga, ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa itu tidak ada salahnya dan sangat bagus bagi tumbuh kembang sang anak. Tapi saya kira itu kurang tepat, karenga mengapa? Semakin anak itu ambisius dia akan semakin lupa akan jati dirinya  yang lalu. Maka dari itu sebagai orang tua kita harus pandai-pandai merahasiakan sedikit masalah yang ada di keluarga terhadap anak kita. Ada saatnya kita harus menceritakan semua masalah ketika sang anak sudah memulai tingkat kedewasaan yang cukup.



    Itu mungkin sedikit hal yang bisa saya sampaikan, karena saya juga masih sangat butuh belajar mengenai pembelajaran psikologi tentang anak ini. Ilmu ini saya dapat dari pengalaman saya sebagai anak. Bila anda tidak setuju dengan hal yang bahas tidak apa-apa karena berbeda orang tua berbeda pula prinsip dan cara yang digunakan untuk mendidik anak. Mohon maaf bila ada salah-salah kata dalam penulisan artikel ini. Terima kasih telah membaca.

















Sponsored by Bpk Deva Ardiansyah

0 comments:

Post a Comment