Friday, 10 January 2014

Kekuatan Seorang Ibu

Cerita ini berawal dari beberapa bulan yang lalu. Ketika itu saya bersama dengan ketiga teman saya pergi ke rumah salah seorang dosen wanita saya dengan tujuan untuk menjenguk anak beliau yang sedang sakit. Disana kami disambut dengan baik dan hangat sekali oleh ibu dosen (begitu saya memanggil). Selang beberapa lama kemudian mulailah obrolan yang membuat hati saya terenyuh dan tersadar akan sesuatu yang sangat saya lupakan selama ini. Di obrolan itu  saya mendengar sendiri cerita dari seorang dosen dan juga seorang ibu yang mangalami kejadian yang kurang meng-enakkan.

Sang ibu dosen bercerita bagaimana pengalamannya ketika ia mambawa anaknya pergi ke rumah sakit, saya tak bisa bilang apa penyakitnya karena saya terlalu sedih untuk menyebutkannya. Sang ibu dosen mengatakan pada keadaan seperti itulah seorang ibu haruslah kuat dan tabah menghadapi segala rintangan yang terjadi terutama yang terjadi terhadap anaknya. Ia pun berkata dikala anaknya sakit, ia harus menahan rasa sedihnya dan air matanya agar tidak keluar, dan digantikannya dengan rasa senang untuk menghibur sang anak, seketika itu pula di saat yang bersamaan ia pun harus memerhatikan suaminya yang sakitnya kambuh tapi tak separah penyakit anaknya.

Dalam keadaan seperti ini, ia harus berfikir dan mengambil keputusan cepat disaat genting ini, karena kalau bukan beliau siapa lagi. Lalu sang ibu dosen berfikir, bila ia terus larut dalam kesedihan siapa nantinya yang akan mengurusi anaknya dan suaminya selain ia. Maka dari itu, ia berusaha tabah dan kuat untuk menghadapi semuanya walaupun kenyataannya dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia tidak kuat untuk  menghadapi semuanya tapi ia memaksakan dirinya untuk bertahan. Sampai akhirnya pun ia berhasil untuk bersikap tabah dan kuat. Hingga akhirnya ia bisa bercerita kepada saya dan teman-teman saya, walaupun dalam keadaan berlinang air mata saat ia bercerita.

Dari cerita beliau dan dari setiap air mata yang keluar dari matanya saya tersadar bahwa peran seorang ibu dan istri amatlah penting di keadaan seperti itu. Itulah kekuatan seorang ibu dalam menghadapi setiap masalah yang menghadangnya. Selama sang ibu dosen bercerita, saya melihat sisi yang lain dari beliau. Karena biasanya saya di kampus hanya melihat beliau yang tegas, ramah, dan bahkan penuh canda. Tapi kali ini saya melihat beliau sebagai seorang ibu yang saat itu harus menemani anaknya dalam menghadapi masalah yang sedang mereka hadapi. Kekuatan seorang ibu begitu berarti bagi sang anak ketika saat seperti ini.

Setelah mendengar cerita sang ibu dosen saya tersadar bahwa peran seorang ibu dan seorang istri sangatlah penting di dalam sebuah keluarga. Walapun banyak orang yang berspekulasi dan mengatakan bahwa wanita itu terkadang lemah, lembut, dan kadang tidak bisa menahan rasa harunya. Tapi setelah mendengar cerita sang ibu dosen sontak spekulasi dari orang-orang itu menjadi tak berarti dan seolah isapan jempol belaka.
Saya sebagai seorang pria yang nantinya akan menjadi seorang suami dan ayah, tak kuasa menahan rasa haru disaat sang ibu dosen bercerita dengan semua celotehan sang ibu dosen yang ia berikan kepada kami. Saya berkata dalam hati saya, inikah kekuatan seorang ibu. Saya mencoba untuk menahan rasa haru itu jangan sampai saya mengeluarkan air mata, karena bukan itu tujuan saya dan teman-teman di kala itu. Tujuan saya dan teman-teman saya adalah untuk menghibur sang ibu dosen yang sedang tertimpa musibah. Akan gagal tujuan saya itu bila saya larut dalam rasa sedih.

Cerita sang ibu dosen di sore hari itu, mengingatkan saya akan kejadian sewaktu adik saya dirawat di rumah sakit. Lagi-lagi ibu yang berperan penting dalam menjaga dan merawat adik saya. Saya merasa ketabahan ibu saya di uji kala itu, dimana ia harus menerima anaknya kesakitan saat tubuh sang anak di pasang selang infus. Mungkin peran ibu saat itu sangat penting, tapi peran ayahpun tak kalah pentingnya juga. Sang ayah selalu mensupport sang anak dan sang ibu dari belakang.

Kekuatan seorang ibu terkadang melebihi kekuatan seorang ayah. Saya berfikir demikian karena membayangkan apa yang dialami oleh dosen wanita saya dan tentunya melihat kejadian sewaktu adik saya dirawat di rumah sakit. Kekuatan seorang ibu ini bukan berdasarkan kekuatan fisik, tapi dalam hal kekuatan batin dan perasaan. Ibu terkadang sulit ditebak, tapi itulah ibu. Itulah kekuatan seorang ibu yang amat dahsyat. Disaat seorang ibu itu dikabarkan oleh dokter ia memiliki janin dalam kandungannya, ia pasti akan sangat gembira sekali menyambut kedatangan sang jabang bayi. Namun ia harus membawa janin itu dalam perutnya kemanapun ia pergi selama 9 bulan, hingga akhirnya sang anak lahir ke dunia. Tak sampai disitu, sang ibu juga harus berjuang antara hidup dan mati dalam melahirkan anaknya. Maka dari itu selalu ingat jasa ibu anda masing-masing, jangan pernah anda mempermainkan seorang wanita, karena ia kelak akan menjadi seorang ibu dan bila anda mempermainkan wanita sama saja anda mempermainkan ibu anda. Kekuatan seorang ibu tak dapat kita kira dan tak disangka sangka seberapa besar kekuatannya, tak terlihat namun kadang dapat melebihi kekuatan seorang ayah.

Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.

0 comments:

Post a Comment