dan kau telah tumbuh dewasa
Kala yang biasanya mudah dan tanpa upaya,
Kini jadi beban
Kala mata terkasihnya nan setia tak menerawang kehidupan seperti dahulu,
kala itu berikanlah lenganmu untuk menyokongnya
Temanilah ia dengan kegembiraan dan sukacita
Waktu akan tiba
Ketika kau terisak menemaninya dalam perjalanan terakhirnya
Dan jika ia bertanya padamu,
selalulah menjawabnya Dan jika ia bertanya lagi,
jawablah pula Dan jika ia bertanya lain kali,
bicaralah padanya tidak dengan gelegar, namun dengan damai dan lembut
Dan jika ia tidak mengertimu dengan baik jelaskan semuanya dengan sukacita
waktu akan tiba,
waktu nan getir
tatakala mulutnya tak akan bertanya lagi
Puisi ini adalah puisi kesukaan saya. Ditulis oleh seseorang yang
sangat menyayangi ibunya. Saat saya membacanya saya bisa mengetahui
betapa orang yang menulis puisi ini adalah seseorang yang berwatak
pengasih dan sangat tulus pada sang ibu. Namun entah mengapa penulis
puisi ini juga akhirnya mengobarkan perang besar yang tercatat dalam
sejarah dunia sekaligus juga melakukan pembantaian pada banyak sekali
manusia yang pastinya juga punya ibu dan ayah sama seperti dirinya.
Mungkin sesuatu kejadian (yang saya tidak ketahui) telah mengubahnya dan itu bisa dipastikan adalah kejadian yang sangat memilukan. Bagaimana mungkin seorang yang menulis puisi tentang ketulusan hati dan kasih pada ibu menjadi seorang pembantai? Pantaslah kalau banyak ajaran kebaikan menempatkan hati manusia sebagai sesuatu yang tidak pernah tetap kondisinya, dan karena ketidak tetapan itulah kita banyak menderita di dunia ini. Bagi mereka yang mungkin belum mengetahuinya.
Penulis puisi tersebut ialah: ADOLF HITLER
Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.
Sumber dari sini
Mungkin sesuatu kejadian (yang saya tidak ketahui) telah mengubahnya dan itu bisa dipastikan adalah kejadian yang sangat memilukan. Bagaimana mungkin seorang yang menulis puisi tentang ketulusan hati dan kasih pada ibu menjadi seorang pembantai? Pantaslah kalau banyak ajaran kebaikan menempatkan hati manusia sebagai sesuatu yang tidak pernah tetap kondisinya, dan karena ketidak tetapan itulah kita banyak menderita di dunia ini. Bagi mereka yang mungkin belum mengetahuinya.
Penulis puisi tersebut ialah: ADOLF HITLER
Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.
Sumber dari sini
0 comments:
Post a Comment