Sunday, 28 July 2013

BUNDA (Puisi Dari Anak Yang Sangat Menyayangi Ibundanya)


Bunda telah beranjak sepuh
dan kau telah tumbuh dewasa 
Kala yang biasanya mudah dan tanpa upaya, 
Kini jadi beban 
Kala mata terkasihnya nan setia tak menerawang kehidupan seperti dahulu,
Kala kakinya mulai lelah dan enggan menyokong tubuhnya lagi 
kala itu berikanlah lenganmu untuk menyokongnya 
Temanilah ia dengan kegembiraan dan sukacita 
Waktu akan tiba
Ketika kau terisak menemaninya dalam perjalanan terakhirnya 
Dan jika ia bertanya padamu, 
selalulah menjawabnya Dan jika ia bertanya lagi, 
jawablah pula Dan jika ia bertanya lain kali,
bicaralah padanya tidak dengan gelegar, namun dengan damai dan lembut 
Dan jika ia tidak mengertimu dengan baik jelaskan semuanya dengan sukacita 
waktu akan tiba, 
waktu nan getir 
tatakala mulutnya tak akan bertanya lagi

       Puisi ini adalah puisi kesukaan saya. Ditulis oleh seseorang yang sangat menyayangi ibunya. Saat saya membacanya saya bisa mengetahui betapa orang yang menulis puisi ini adalah seseorang yang berwatak pengasih dan sangat tulus pada sang ibu. Namun entah mengapa penulis puisi ini juga akhirnya mengobarkan perang besar yang tercatat dalam sejarah dunia sekaligus juga melakukan pembantaian pada banyak sekali manusia yang pastinya juga punya ibu dan ayah sama seperti dirinya.
     Mungkin sesuatu kejadian (yang saya tidak ketahui) telah mengubahnya dan itu bisa dipastikan adalah kejadian yang sangat memilukan. Bagaimana mungkin seorang yang menulis puisi tentang ketulusan hati dan kasih pada ibu menjadi seorang pembantai? Pantaslah kalau banyak ajaran kebaikan menempatkan hati manusia sebagai sesuatu yang tidak pernah tetap kondisinya, dan karena ketidak tetapan itulah kita banyak menderita di dunia ini. Bagi mereka yang mungkin belum mengetahuinya.

Penulis puisi tersebut ialah: ADOLF HITLER

Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.



Sumber dari sini

0 comments:

Post a Comment