Uang mengatur kehidupan kita.
Mungkin ada beberapa orang yang tidak menyetujui perkataan tersebut, ada sebagian lagi orang yang nyata menentang dan berkata "kitalah yang mengatur uang bukan sebaliknya." Bahkan saya pernah menemui sebagian manusia yang memperaktikan semacam ajaran moral dan keunggulan intelektual yang berkata bahwa uang tidak berarti apa-apa, tetapi apapun yang didalihkan adalah sesuatu yang tidak terbantah bahwa semua manusia perlu uang untuk menjalani hidupnya.
Meski begitu uang bukanlah yang paling penting, karena uang tidak
memiliki hubungan dengan nilai apapun yang membuat kehidupan ini layak
dijalani. Nah sekarang tinggal bagaimana cara kita mengatasi kepelikan ini.
Bagaimana kita bersikap pada sesuatu yang sejatinya tidak penting namun
berada di pusat kehidupan kita.
Saya telah mengenal banyak orang dengan beragam sikap dalam
menanggapi masalah uang ini.Saya pernah melihat para kuli
panggul sedang minum kopi murahan di pojok sebuah pasar yang meletakan
uang di bungkus rokok dan melipat sebagian lainnya dalam kantong baju
atau celananya. Di waktu lain saya sering melihat para pengusaha muda,
investor saham yang memiliki kekayaan yang berkelebihan namun belum
pernah sekalipun menaruh uang di kantong jasnya.
saya telah menyaksikan orang kaya yang tidak mau berderma karena
takut miskin, juga pernah melihat orang miskin yang dengan ringannya
memberikan apa yang dia punya
Ada juga orang miskin yang licik hanya demi mendapat kelebihan
uang 2000 rupiah dan ada juga orang kaya dermawan yang menyumbangkan
milyaran hartanya untuk membantu pembangunan di negaranya.
Semuanya memiliki satu kesamaan
Cara mereka menyikapi uang merupakan hasil dari cara mereka
memandangnya dan bukan soal berapa banyak jumlah uang yang mereka
punyai.
Pada tingkat yang paling dasar uang hanyalah masalah yang
sederhana yaitu punya atau tidak. Namun pada tingkat selanjutnya uang
disangkutkan pada sebuah sisi kejiwaan dan emosi. Uang akan menjadi
sesuatu yang sama dengan kehendak anda. SESUAI tidak kurang dan tidak
lebih. Mari kita bayangkan dua orang dari kelompok berbeda.
Orang 1 membina kehidupan sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Ia
merencanakan punya rumah, mobil, pakaian dan Handphone seperti yang
diiklankan di teve. Ia memproyeksikan berapa uang yang ia perlukan untik
mendapatkan semuanya, dan ada suatu tahap jiwa dimana ia akan merasa
miskin kecuali ia memperoleh uang sejumlah yang dia butuhkan untuk
memenuhi keinginannya,
Orang 2 memandang uang hanya sebagai alat untuk memperlancar
kehidupan. Ia tidak mengeluh karena di sakunya hanya ada kelebihan uang
2000 rupiah dari apa yang dia belanjakan.Ia merasa kaya jika di
kantongnya ada kelebihan uang 50 sampai 100 ribu.Dia membuat kebahagiaan
pada kehidupannya bukan pada keinginannya.
perbedaan antara dua jenis orang ini bukan terdapat pada berapa
banyak kekayaan materinya melainkan lebih pada bagaimana hubungan
jiwanya dengan uang. Boleh jadi mereka berdua memiliki jumlah uang yang
sama tetapi orang yang mengukur uangnya agar sebanding dengan
keinginanya akan sulit untuk bahagia. ketimbang orang yang mencipta
kebahagiaan pada kehidupan bukan pada keinginan.
Tidak ada yang keliru pada jenis Orang ke 1 dan orang ke 2. Mereka
hanya harus menanggung konsekuensi yang berbeda akibat hubungan jiwanya
dengan Uang. Orang bijak berkata jalinlah hubungan yang baik dengan
uang dengan jalan yang arif jalan yang tidak memupus nilai nilai yang
membuat hidup pantas dijalani, karena dengan demikian kita dapat menentukan jalan mana yang harus kita ambil dalam setiap langkah agar hubungan uang dengan jiwa kita sesuai dengan apa yang selama ini telah kita rencanakan.
Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.
Baca juga Siger Tengah sebuah kebijaksanaan jalan tengah
Hanya sekedar berbagi, tidak lebih.
Baca juga Siger Tengah sebuah kebijaksanaan jalan tengah
0 comments:
Post a Comment